loading...

Thursday, January 26, 2012

Daerah Perkotaan Terapkan Konstruksi Tahan Gempa

Pekerja bangunan secara perorangan di Sumbar belum menerapkan prinsip konstruksi tahan gempa. Akibatnya, pekerjaan bangunan khususnya di wilayah pedesaan masih rentan terhadap ancaman gempa. Pakar Teknik Konstruksi Unand Dr Febrin Anas Ismail menyebutkan, kalau di daerah perkotaan, penerapan konstruksi tahan gempa sudah teraplikasi dengan baik. Khususnya pada pembangunan perumahan oleh developer.

Sebelumnya, Febrin lewat FT-Unand bekerja sama dengan Temasek Foundation dan Nanyang Technological University (NTU) telah merencanakan pembangunan gedung tahan gempa dengan cara perkuatan tembok bangunan di beberapa lokasi yang dilanda gempa Maret 2007 silam. ”Transfer pengetahuan tersebut diberikan pada para tukang agar dapat membangun gedung tahan gempa lainnya,” kata mantan Dekan FT Unand ini.

Ia memisalkan, percontohan bangunan tahan gempa dilakukan melalui metode pemasangan kanvas pada dinding. Agar kapasitas dapat meningkat menahan goncangan gempa, telah dilakukan pengujian di laboratorium. Berdasarkan catatan sejarah, dari beberapa kali gempa yang terjadi di Sumbar satu abad terakhir, jumlah bangunan yang hancur dan rusak akibat gempa terus mengalami penurunan.

Meskipun secara kuantitas bangunan rusak makin besar, tapi kualitas kerusakannya terus turun. Hal ini, menurut Febrin menunjukkan kemampuan pekerja bangunan semakin membaik dalam penerapan bangunan tahan gempa. “Hanya saja, soal ketetapan baku bahan penyusun struktur bangunan, pekerja masih sering serampangan. Tidak ada takaran standar,” jelasnya.

Untuk itu, katanya sudah ada SNI untuk itu. Mulai dari perencana bangunan gedung hingga pembangunan yang mengikuti perkembangan teknologi dewasa ini. Dengan adanya SNI ini, ancaman gempa menurut standar lama adalah relatif lebih kecil dari pada SNI yang baru ini.

Kedua, dengan definisi jenis tanah yang baru, banyak jenis tanah yang menurut standar lama termasuk jenis tanah lunak, pada SNI yang baru termasuk jenis tanah sedang. Sehingga, beban gempa yang perlu diperhitungkan lebih saling mendekati lagi. Ketiga, gedung yang sudah menjalani sebagian dari umurnya, risiko yang sama terjadinya keruntuhan struktur gedung dalam sisa umurnya perlu diperhitungkan. “Dimana, beban gempa yang harus diperhitungkan menjadi relatif lebih rendah daripada gedung baru. Sebab, struktur betonnya semakin pada,” tukas Febrin.

Ingatkan Pengembang
Sebelumnya, Ketua Departemen Real Estate Indonesia (REI) Badan Pengurus Pusat Hipmi Alkudri mengingatkan para pengembang yang tergabung di Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) dan REI untuk membangun perumahan yang memenuhi kualifikasi beton sesuai SNI. “Ini perlu menjadi perhatian serius kalangan pengembang, agar masyarakat menjadi aman dan nyaman menempati rumah yang mereka beli dari kita,” katanya.

Bendahara REI Sumbar itu mencontohkan, besi yang digunakan untuk tulang konstruksi bangunan dianjurkan jenis ulir (besi ulir) yang jauh lebih memiliki kekuatan dibandingkan besi biasa (polos). “Besi ulir satu setengah kali lipat lebih kuat dibandingkan besi biasa, dan selisih harganya pun tidak seberapa,” tambah bos Almara Grup ini.

Adonan semen untuk konstruksi dinding dan tiang bangunan pun harus benar atau tidak asal-asalan sehingga tidak mudah retak. Selain itu, pondasi bagian bawah dibuat dengan baik agar bisa meredam getaran gempa. Sedangkan untuk atap, diupayakan penggunaan rangka atap ringan dipadukan dengan genteng metal atau seng. “Ini lebih baik, dibandingkan menggunakan atap beton dan keramik yang bisa membahayakan penghuni rumah, jika terjadi guncangan gempa,” ingatnya. [*]


Sumber: http://padang-today.com/?mod=berita&today=detil&id=9387

No comments:

Post a Comment