Himpunan
Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) bekerja sama dengan Kementerian
Perumahan Rakyat (Kemenpera) akan membangun 10 ribu rumah dalam tiga
tahun ke depan. Untuk tahun 2010 ini, pembangunan difokuskan di
Indonesia bagian Timur seperti Sulawesi, Kalimantan dan Gorontalo.
Ketua
Departemen Real Estate Badan Pengurus Pusat Hipmi Alkudri menyebutkan,
pembangunan rumah itu memanfaatkan APBN melalui dana alokasi khusus
(DAK) Kemenpera. Perumahan yang dibangun dalam bentuk rumah sederhana
sehat (RSh) dan rumah susun sewa.
"Pembangunannya, akan dilakukan
pengembang yang tergabung di Hipmi melalui perusahaan konsorsium PT
Bangun Muda Indonesia (PT BMI). Lokasinya, diutamakan memanfaatkan
lahan-lahan tidur anggota Hipmi di 33 Provinsi di Indonesia," kata
Alkudri yang dipilih sebagai Dirut PT BMI.
Dukungan pembangunan
program perumahan yang layak bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke
bawah itu, kata Alkudri, telah disepakati dalam penandantanganan Nota
Kesepahaman (MoU) antara Menteri Perumahan Rakyat Suharso Monoarfa
dengan Ketua Umum Hipmi Erwin Aksa, pada Rakernas HIPMI ke XIV di Hotel
Planet Holiday, Batam, awal Maret lalu.
Daerah yang pertama
merealisasikan program tersebut, kata Alkudri, adalah BPD Hipmi
Gorontalo. Hipmi setempat telah menandatangani MoU Pembangunan Perumahan
untuk PNS di Gorontalo yang dilakukan Ketua BPD Hipmi Provinsi
Gorontalo Muhalim Litty, Bupati Gorontalo David Bobihoe Akib dan
Direktur Pemasaran Perumnas Teddy Robinson Siahaan disaksikan Menpera
Suharso Monoarfa.
"Di Gorontalo, direncanakan dibangun perumahan
murah dan bersubsidi sekitar 500 unit untuk masyarakat dan PNS.
Cepatnya realisasi program Hipmi Real Estate ini, tidak lepas dari
dukungan pemerintah daerah setempat dalam mempermudah dan mempercepat
proses perizinan yang dibutuhkan pengembang," jelas Alkudri, bos Almara
Group yang juga Bendahara DPD REI Sumbar.
Sementara itu, Menpera
Suharso Monoarfa menantang para anggota Hipmi untuk lebih berkiprah
secara aktif dalam pembangunan perumahan. Dia menyebutkan, perumahan
untuk masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah merupakan potensi
besar bagi para pengusaha muda di Indonesia.
"Karena pemerintah
terus berupaya melakukan pembenahan dalam sektor pembiayaan perumahan
melalui pola fasilitas likuiditas, yang dapat menekan atau menurunkan
suku bunga KPR. Dengan demikian, masyarakat dapat menjangkau harga
rumah," kata Menpera.
Untuk fasilitas likuiditas, pihaknya
menyiapkan dana Rp2,6 triliun. Dana APBN tersebut rencananya akan
digabungkan dengan dana dari pihak Jamsostek, Taspen, Askes dan
Bapertarum PNS dan dana perbankan sehingga diperoleh suku bunga yang
ideal dalam KPR.
Masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah
akan dapat membayar dengan cicilan yang sama selama masa tenor. Ini yang
nantinya akan menjaga daya beli perumahan di Indonesia.(*)
Sumber: http://padang-today.com/?mod=berita&today=detil&id=14620
No comments:
Post a Comment