Pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kota Padang masih setahun lagi.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Padang baru akan memulai tahapan
pilkada September 2017. Namun aura politik menuju suksesi kepemimpinan
orang nomor satu di Kota Padang sudah mulai terasa.
Beberapa calon kandidat wali kota sudah mulai bermunculan. Nama-nama
ini menjadi buah bibir di tengah-tengah masyarakat. Di media social,
seperti Facebook tak kalah hebohnya.
Alkudri, Desri Ayunda, M. Ichlas El Qudsi, Fadhly Amran, Wahyu
Iramana Putra, Maidestal Hari Mahesa, Andre Rosiade Erisman, Hendri
Septa, Zulhardi Z Latif, Adib Alfikri dan lainnya. Plus incumbent
(petahana) Mahyeldi Ansharullah dan Emzalmi adalah sederet nama santer
yang digadang-gadangkan bakal meramaikan pesta demokrasi lima tahunan
ini.
Kendati belum kentara dan masih malu-malu, tapi gerakan dan tindakan
mereka bermain di akar rumput cukup kental terasa. Segala bentuk
aktifitas mereka bersama masyarakat tak jarang dipublikasikan, terutama
lewat media sosial seperti Facebook.
Tak mau ketinggalan, partai politik (parpol) pun sudah mulai melirik
calon-calon yang bakal dipinang menjadi kandidat untuk maju dan
bertarung berebut kursi wali kota.
Sejumlah pengamat menilai sosok incumbent masih menjadi kandidat kuat
yang sulit untuk dikalahkan. Apalagi lakek tangannya sudah dirasakan
oleh masyarakat. Namun bukan berarti incumbent tak bisa dikalahkan.
Faktanya pada pilkada serentak 2015 di beberapa daerah di Sumbar, banyak
incumbent bertumbangan. Sebut saja, di Kabupaten Pasaman, Kota
Bukittinggi, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Solok, Kota Solok dan
Kabupaten Pesisir Selatan.
Penantang incumbent. Yap, siapakah sosok yang paling pantas menjadi
penantang kuat sang incumbent? Selama memimpin Kota Padang, incumbent
memang mampu menjawab sebagian ekspektasi publik. Pembenahan Pantai
Padang, rehabilitasi dan penataan PKL Pasar Raya Padang, betonisasi,
revitalisasi pasar satelit, rehab rumah layak huni sudah dirasakan
masyarakat. Namun, sejauh keberhasilan itu tetap saja masih ada
kekurangan.
Kendati merebut kemenangan adalah hal yang sangat sulit, tapi
mempertahankan kemenangan jauh lebih sulit. Artinya, kesulitan terbesar
ada pada diri incumbent dan tidak pada para penantangnya.
Strategi menghadapi incumbent ibarat menghadapi pesumo, kuat dan tak
tergoyahkan. Kendati demikian, masih ada celah untuk mengalahkan
incumbent. Kenali lawan, buatlah perbedaan, dan fokus.
Kepemimpinan Umar bin Khatab patut menjadi teladan bagi kita semua,
terutama bagi mereka yang diamanahkan menjadi seorang pemimpin. Umar bin
Khatab sangat sadar bahwa amanah yang diembannya akan
dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.
Siapa yang menjadi pemenang nantinya, masyarakat ingin pemimpin yang
bukan tipu-tipu dan peduli akan nasib rakyatnya. Yang penting bagaimana
mereka bisa hidup berkecukupan sandang, pangan, papan, serta aman tanpa
dihantui rasa takut. (*)
Sumber: http://www.m.padek.co/detail.php?news=78534
No comments:
Post a Comment