loading...

Sunday, May 21, 2017

Alkudri, Owner Almara Group

Fokus, Kerja Keras dan Profesional


Berbekal ilmu arsitek yang dipelajarinya sewaktu bersekolah di STM 1 Padang, membuat Alkudri matang dalam berbisnis properti. Bagaimana kiat-kiatnya sehingga bisa tetap eksis hingga sekarang? Berikut petikan wawancara wartawati Padang Ekspres, Mona Triana dengan Owner Almara Group Alkudri, kemarin.
Semenjak kapan Anda mulai berbisnis properti?
Awalnya sewaktu masih sekolah. Saya bekerja mengumpulkan batu di sungai Batang Kuranji, lalu juga sempat bekerja menjadi tukang perabot. Karena meraih juara umum di STM 1 Padang, saya ditarik kerja di PT Polapan Nusantara sampai menjadi menejer. Saat itu saya membangun perumahan Polamas I di Andalas, Polapas II di Tabing, BSD tahap satu di Pasir Kandang, Pondok Jati Mekar di Jati.
Di samping itu saya juga dipakai bekerja pada perusahaan-perusahaan lain sebagai drafmen perencanaan proyek seperti di PT Cendana. Saya bekerja sewaktu masih sekolah di STM 1, di STM jurusan saya arsitek. Setelah itu saya mengundurkan diri dan mendirikan perusahaan sendiri tahun 1998 dengan nama PT Almara.

Almara Group sendiri pertamanya membangun rumah mewah pribadi yang ada di Padang seperti di Belanti. Saya perorangan, ada tanah, saya bangun, saya perencana dan saya mengerjakan. Hasil dari itu saya angsur-angsur beli tanah 1000 meter saya bangun, saya jual.
Setelah itu baru saya beli tanah besar di Kuranji, bangun perumahan Citra Almara di Koronggadang. Kemudian saya bangun perumahan Cluster Tahta Almara di Pauh.
Apa yang menjadikan Anda tertarik untuk berusaha di bidang properti?
Properti ini adalah induk usaha, kemajuan kota di daerah tidak bisa dipisahkan dari dunia usaha industri real estate. Bukan saja berkontribusi bagi pendapatan asli daerah, melalui pajak dan retribusi tetapi juga meningkatkan perekonomian dan menciptakan lapangan kerja baru bagi tenaga kerja.
Lebih dahsyat multi efeknya adalah menggerakkan 174 industri lainnya. Jadi karena membangun properti kota terbangun. Properti ini adalah kebutuhan dalam menyukseskan program pemerintah tentang penyediaan perumahan bagi masyarakat.
Mengapa Anda bisa tertarik dengan bisnis properti ini?
Saya latar belakang dari keluarga yang kurang mampu. Sebenarnya dulu itu saya inginnya masuk STM supaya ada keterampilan. Skill kita bisa dihargai seperti digaji sehingga bisa menyambung hidup, membantu orang tua dan juga bisa menyekolahkan saudara-saudara saya. Saya juga hobi menggambar, dengan hobi itu saya bekerja dan buka usaha di bidang properti.
Sudah berapa unit rumah yang Anda bangun?
Kalau yang sudah dibangun banyak, sudah ribuan, karena sebelumnya saya sempat bekerja sama orang. Tetapi kalau pada perusahaan sendiri itu sudah ratusan rumah yang saya bangun.
Di daerah mana saja?
Pertama di Kuranji Citra Almara dan Cluster Tahta Almara di Pauh.
Lokasi mana yang diprioritaskan untuk membangun rumah?
Lokasi perumahaan sebenarnya merata di seluruh Indonesia. Kalau untuk Kota Padang tentu kita mencari lokasi yang aman dari tsunami. Karena itu lokasi perumahan Almara di atas Bypass seperti Citra Almara itu 50 meter dari Bypass. Lalu Cluster Tahta Almara.
Apakah selama ini ada hambatan?
Setiap usaha pasti ada hambatan, tetapi tergantung kita sebagai leader bagaimana menyikapi hambatan-hambatan tersebut. Karena ada hambatan datang dari dalam dan dari luar. Apalagi usaha properti menyangkut mengenai tanah. Makanya sebelum melakukan pembangunan, kita terlebih dahulu melengkapi legalitas seperti sertifikat tanah dan perizinan.
Kalau sudah lengkap baru action di lapangan, sehingga kalau ada permasalahan di lapangan kita sudah siap. Dan kita juga harus bangun komunikasi dengan pemerintah dan stakeholder terkait.
Sebenarnya hambatan di luar dugaan seperti bencana alam, karena kita menyangkut menjual rumah. Karena akan berpengaruh terhadap jual beli masyarakat. Intinya saya dalam berusaha yang penting kerja keras, gigih, optimis dan tawakal.
Untuk promosi apa yang Anda lakukan?
Sekarang karena ekonomi lagi lesu untuk DP tidak tergantung berapa persen lagi, tetapi berapa kemampuan konsumen untuk bisa membayar DP-nya. Lalu bekerja sama dengan BTN dengan bunga murah 8,75 persen dan di hari kemerdekaan ini bebas dari biaya administrasi.
Bagaimana Anda melihat keberpihakan pemerintah terhadap masyarakat yang ingin mendapatkan rumah murah?
Pemerintah sangat bagus keberpihakan dalam rangka percepatan pembangunan perumahan di negeri kita ini. Karena banyak program-program yang ditelurkan oleh pemerintah bagaimana masyarakat bisa memiliki rumah.
Dan itu juga salah satu program kerja Real Estate Indonesia (REI), sewaktu saya menjadi ketua komisi B di REI, kita perjuangkan rumah murah untuk masyarakat berpenghasilan tidak tetap seperti pedagang kaki lima, tukang ojek, sopir angkot, petani dan lainnya. Ketika mereka beli rumah kepada pengembang dan diajukan kredit ke perbankan mohon maaf perbankan kurang respons karena mereka tidak memiliki slip gaji.
Tapi sekarang Alhamdulillah pemerintah dan perbankan sudah merespons dan sudah memberikan KPR kepada masyarakat yang tidak berpenghasilan tetap tersebut.
Bagaimana persaingan di bidang properti saat ini?
Sebenarnya di REI ini tidak ada persaingan, mohon maaf kita tidak sama dengan kontraktor. Di REI ini sesuai dengan kemampuan perusahaannya. Saya mantan ketua REI, di REI ini ada kode etik, jadi tergantung dari perusahaan kalau mampu untuk membeli tanah sekian hektar ya bukalah. Apalagi kita saja tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat seratus persen. Jadi tidak ada persaiangan.
Apa yang menjadi keunggulan Anda?
Keunggulan kita mutu, sebab di Kota Padang ini kita tidak lepas dari isu gempa dan tsunami, makanya konstruksi yang kita bangun ramah gempa. Dan juga lokasi-lokasi yang kita bangun zona aman tsunami. Seperti Cluster Tahta Almara ini dekat dari Unand dan Semen Padang. Dalam pembangunan Cluster Tahta Almara ini kita juga melihat karena Padang rentan dengan macet.
Untuk mengatasi itu lokasi kita bangun jalur dua. Lalu untuk mengatasi banjir kita bangun saluran induk untuk menampung air sehingga tidak ada banjir. Untuk keamanan kita bangun gerbang satu pintu dan kita tambah dengan taman. Di Cluster Tahta Almara ini ada sebanyak 74 unit rumah.
Sudah ekspansi ke luar daerah? 
Sudah, di antaranya Kalimantan dan Jakarta. Kalau buka di daerah untuk membina keluarga karena saya asli Pauh, membuka di daerah sendiri untuk kaderisasi dan saya memiliki sekitar lima orang karyawan di sini.
Bagaimana prospek bisnis properti saat ini?
Properti ini menurut pengalaman saya ada naik dan turun. Jadi ketika pasar lagi lesu kita tetap membangun sehingga ketika pasar sudah stabil kita tinggal angkat kredit saja lagi. Masalahnya usaha properti ini tidak sama dengan usaha-usaha lain. Jadi yang namanya rumah tidak pernah turun harganya dan investasi kita itu aman.
Apakah ada pengaruh ekonomi global?
Tidak terlalu signifikan, karena kita di Indonesia ini usaha orang kebanyakan sektor riil. Orang juga sangat butuh rumah, rumah itu bisa ditempati dan bisa dikontrakan. Dan kebutuhan rumah lebih banyak di banding produksi.
Bagaimana kiat Anda bisa tetap eksis?
Jadi gini, kita juga membaca, pertama seperti ekonomi, dan juga membaca pasar kira-kira lokasi kita membuat rumah pasarnya apa. Kita harus survei dulu baru di bangun. Untuk eksis kita harus fokus, bekerja keras dan profesional. Kita harus melakukan inovasi-inovasi baru bagi konsumen dan bekerja sama dengan baik dengan perbankan. Yang penting kita tetap membangun perumahan, karena nilainya tidak pernah turun.
Jangan kaku dalam berusaha. Harus selalu kerja keras, gigih, optimis dan tawakal. Lalu silaturahmi yang baik akan menimbulkan rezeki dan hargai orang lain terutama orang tua.
Untuk tips, sebelum membeli rumah apa yang harus diperhatikan oleh masyarakat?
Masyarakat harus cerdas dalam membeli rumah, jangan tergiur dengan harga rumah. Dalam membeli rumah pertama lihat lokasi, apakah banjir atau dekat laut atau dekat lereng bukit karena nanti bisa banjir bandang. Pertama harus lihat lokasi, lalu datang ke kantor perumahan tersebut, lihat legalitas perusahaan tersebut. Ada tidak sertifikat tanahnya, sudah dipecah tidak sertifikatnya, lalu surat izinnya ada atau tidak.
Kemudian juga lihat konstruksi cara pembangunannya. Jadi jangan tergiur harga murah, akhir-akhirnya bermasalah. Misalnya sudah bayar DP tetapi tanah belum dibebaskan surat izin belum keluar dan developernya kabur. Dan lihat juga developer tersebut tergabung tidak dengan organisasi REI, kalau misalnya anggota REI bisa lapor ke organisasinya, bisa dicarikan solusi.
Lalu juga tanya kerja sama dengan perbankan apa, kalau kita kan kerja sama dengan BTN, bank itu tentu lebih selektif menilai developer kerja sama. Jadi harus cerdas memilih rumah jadi jangan mudah tergiur harga murah.
Hobi dan target Anda?
Hobi saya membangun rumah. Apa yang saya rencanakan jadi kawasan perumahan bisa dinikmati orang banyak. Makanya membangun rumah bagi saya berguna bagi orang banyak, daerah bisa terbangun.
Target ke depan saya dalam usaha ini bagaimana saya bisa mewarisi senior REI contohnya Ciputra. Itu target saya nanti dan saya bisa go publik dan bisa menciptakan kota baru mandiri di Padang. (*)

Sumber: http://www.m.padek.co/detail.php?news=66959

No comments:

Post a Comment